Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | SCI-TEC

Wednesday, August 16, 2017 19:17 WIB

Industri dan Ilmuwan Jepang Segera Wujudkan Mobil Dengan Suku Cadang Dari Kayu

Ipotnews - Perusahaan otomotif dan perguruan tinggi di Jepang tengah berupaya keras menemukan bahan pengganti baja untuk suku cadang kendaraan - demi menciptakan kendaraan yang ringan - dan kayu menjadi pilihan.

Seperti dimaklumi, industri otomotif saat ini dihadapkan pada tantangan perubahan penggunaan energi di masa mendatang, antara lain peralihan bahan bakar mobil dari minyak ke listrik (batere). Untuk memaksimalkan tenaga batere, kendaraan yang ringan menjadi keharusan. Untuk itulah, ilmuwan dan pembuat komponen otomotif Jepang menguji coba penggunaan bahan kayu pulp yang disebut nanofibres selulosa sebagai bahan alternatif yang layak untuk menggantikan baja dalam beberapa dekade ke depan. Meskipun menghadapi persaingan dari bahan berbasis karbon dan tetap jauh dari nilai komersial, nanofibres selulosa memiliki berat seperlima dari baja dan bisa lima kali lebih kuat.

Masanori Matsushiro, seorang manajer proyek yang mengawasi desain bodi di Toyota mengatakan bahwa berat kendaraan adalah masalah hingga kini. "Tapi kita juga harus menyelesaikan masalah biaya produksi tinggi sebelum kita melihat peningkatan penggunaan bahan ringan di mobil," ujarnya seperti dikutip CNBC, Rabu (16/8).

Para periset di Universitas Kyoto dan pemasok utama suku cadang kendaraan seperti Denso - pemasok terbesar bagi Toyota - dan DaikyoNishikawa, kini menguji coba plastik yang digabungkan dengan nanofibre selulosa - yang dibuat dengan memecah serat pulp kayu menjadi beberapa ratus mikron (seperseribu milimeter).

Bahan nanofibres selulosa telah digunakan dalam berbagai produk, mulai dari tinta hingga displai transparan, namun penggunaan potensial mereka pada mobil kini mulai dimungkinkan, di mana serat kayu yang diolah secara kimia diremas menjadi plastik sekaligus dipecah menjadi nanofibres. Dengan menggunakan proses tersebut, biaya produksi berkurang menjadi sekitar seperlima.

Ditemui di laboratoriumnya di Universitas Kyoto, Profesor Hiroyuki Yano, yang memimpin penelitian dalam membuat onderdil mobil menggunakan kayu, mengatakan kepada Reuters bahwa bahan nanofibres selulosa merupakan bahan termurah dan berkinerja terbaik untuk menggantikan baja. "Karena itulah kami fokus pada penggunaannya di suku cadang mobil dan pesawat terbang," tegasnya.

Universitas tersebut dan para pemasok suku cadang mobil, saat ini sedang mengembangkan mobil prototipe menggunakan bagian berbasis nanopartikel selulosa yang akan selesai pada tahun 2020. "Kami telah menggunakan plastik sebagai pengganti baja, dan kami berharap nanofibres selulosa akan memperluas kemungkinan menuju tujuan itu," kata Yukihiko Ishino, juru bicara DaikyoNishikawa, yang mengandalkan Toyota Motor dan Mazda Motor sebagai pengguna produknya.

Selain Jepang, pembuat mobil yang menggunakan bahan pengganti ringan lainnya adalah BMW. Mereka menggunakan serat karbon yang diperkuat polimer (CFRPs) untuk mobil listrik kompak i3 serta untuk seri 7, sementara baja tarik dan paduan aluminium tinggi saat ini merupakan pilihan ringan yang paling banyak digunakan karena harganya lebih murah dan dapat didaur ulang.

Yano mengatakan bahwa penelitiannya terinspirasi foto "Spruce Goose", sebuah pesawat kargo buatan tahun 1947 milik miliarder AS Howard Hughes, yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu. Pada saat itu, "Spruce Goose" adalah pesawat terbesar di dunia.

"Saya pikir jika Howard Hughes bisa menemukan cara untuk menggunakan kayu untuk membangun pesawat besar, mengapa tidak menggunakan kayu untuk membuat bahan yang sekuat baja," katanya.

Saat ini, biaya produksi massal nanofibre selulosa sekitar 1.000 yen ($ 9) per kilogram. Yano ingin untuk mengurangi separuh biaya pada tahun 2030, yang menurutnya akan menjadikannya produk yang layak secara ekonomi, karena akan dikombinasikan dengan plastik, dan sangat kompetitif melawan baja tarik dan paduan aluminium tinggi, yang saat ini berharga sekitar $2 per kg.

Pakar industri mengantisipasi bahwa harga serat karbon akan turun menjadi sekitar $10 per kg pada tahun 2025.

Analis mengatakan baja dan aluminium tarik tinggi akan menjadi alternatif yang lebih populer selama bertahun-tahun yang akan datang, mengingat pembuat komponen perlu merombak jalur produksi dan mengetahui cara untuk mempercepat material baru seperti nanofibre selulosa ke bagian-bagian mobil lainnya.(Cathy)

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]